BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Arung jeram adalah suatu aktifitas pengarungan bagian alur sungai yang berjeram/riam, dengan menggunakan wahana tertentu. Pengertian wahana dalam pengarungan sungai berjeram / riam yaitu sarana / alat yang terdiri dari perahu karet, kayak, kano dan dayung. Tujuan berarung jeram bisa dilihat dari sisi olah raga, rekreasi dan ekspedisi. Jadi dengan demikian kita dapat definisikan bahwa olah raga Arung Jeram ( White Water Rafting ) merupakan olah raga mengarungi sungai berjeram, dengan menggunakan perahu karet, kayak, kano dan dayung dengan tujuan rekreasi atau ekspedisi. Arung jeram sebagai olah raga kelompok, sangat mengandalkan pada kekompakan tim secara keseluruhan. Kerja sama yang terpadu dan pengertian yang mendalam antar awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor utama yang menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai. Tak dapat dibantah bahwa Arung Jeram merupakan olah raga yang penuh resiko ( high risk sport ). Namun demikian, setiap orang mampu melakukannya – asalkan dia dalam kondisi “baik”; baik dalam arti pemahaman teknis, kemampuan membaca medan secara kognitif, dan sehat fisik dan mental. Jadi,arung jeram adalah olah raga yang menuntut keterampilan. Untuk itu sangat membutuhkan waktu untuk berkembang. Perkembangan ke arah mencapai kemampuan yang prima, hanya mungkin apabila mau mempelajari sifat-sifat sungai, serta bersedia melatih diri di tempat itu. Kecuali perlu mengembangkan pengetahuan mengenai sifat-sifat sungai, wajib pula berlatih berdayung, berkayuh di sungai. Implikasinya butuh mengembangkan kemampuan fisik, agar selalu mencapai kondisi seoptimal mungkin. Hal lain yang patut diingat, adalah berlatih cara-cara menghadapi keadaan darurat di sungai. Hal ini penting untuk melatih kesiapan, kemampuan dan kepercayaan diri, apabila memang harus menghadapinya. Tema makalah ini membahas bagaimana tehnik dasar dalam pengarungan sungai dengan menggunakan perahu karet.
- Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di pecahkan dalam makalah ini adalah
- Apa saja peralatan yang di butuhkan dalam berarung jeram
- Bagaimana tehnik dasar dalam berarung jeram
- Seberapa besar resiko yang ditimbulkan jika tidak menguasai teknik dasar berarung jeram dan bagaimana tips berarung jeram yang aman
- 3.Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
- Untuk mengetahui peralatan yang di gunakan dalam berarung jeram
- Untuk mengetahui tehnik dasar berarung jeram bagi pemula
- Untuk mengetahui kecelakaan apa saja yang bisa terjadi dalam berarung jeram
- 4.Manfaat
- Untuk menambah pengetahuan penulis tentang peralatan yang digunakan dan teknik dasar dalam pengarungan.
- Sebagai panduan dasar berarung jeram bagi pemula
- Sebagai bahan rujukan untuk anggota Gempita dalam penulisan makalah berikutnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
- 1.Sejarah Arung Jeram
Apa yang mengilhami orang untuk berarung jeram?, Sebagian mengatakan dapat memberikan pengalaman baru, sebagian lagi mengatakan dapat mengobati kejenuhan beraktivitas sehari-hari dan beberapa orang beranggapan bahwa arung jeram merupakan unjuk keberanian diri dalam menghadapi tantangan. Dengan mengarungi sungai kita akan menikmati sudut pandang yang lain dari keindahan alam. Sungai Alas yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser dengan berbagai flora dan fauna khas aceh, Sungai Citarik yang merupakan aliran sungai dari Taman Nasional Gunung Halimun, Sungai Elo, Serayu dan Progo yang kaya akan kebudayaan dan adat istiadat masyarakat setempat, yang sulit utuk kita nikmati di jalur lain. Arung Jeram di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak dahulu. Masyarakat tradisional Kalimantan dengan alamnya yang menantang disertai sungainya yang lebar dan sebagian berjeram telah menjadikan arung jeram bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Transportasi yang tersedia hanya melalui sungai yang notabene berjeram, memaksa masyarakat dayak untuk mengarungi jeram demi jalannya aktivitas mereka. Di akhir abad ke-XIX, seorang ilmuwan Belanda memimpin sebuah ekspedisi penyusuran sungai Kapuas dan Mahakam di Kalimantan yang sebagian berjeram, dengan menggunakan perahu suku dayak kuno yang terbuat dari kayu dan dengan perlengkapan seadanya. Perjalanan ini memakan waktu hampir satu tahun. Tahun 1994 rute ini dinapak tilasi kembali dengan menggunakan perahu bermotor tradisional Kalimantan (long boat), dan diperlukan waktu 44 hari untuk mengarungi jalur ini. Di Negeri Paman Sam arung jeram sebagai olahraga dipelopori oleh Mayor Jhon Wisley, seorang ilmuwan yang memimpin sebuah ekspedisi di sepanjang sungai Colorado, pada tahun 1860. Perahu yang digunakan masih terbuat dari kayu. Penggunaan perahu karet sebagi sarana berarung jeram dimulai sesudah PD I, dengan menggunakan perahu karet yang sebenarnya diperuntukan untuk militer. Perkembangan selanjutnya membawa kita ke perahu karet Self Bailer yang muncul di tahun 1983. Teknologi ini cukup fenomenal, karena menghapus mimpi buruk para pengarung jeram yang sebelumnya harus menguras perahu setelah memasuki jeram besar, serta mengurangi resiko tenggelam.
- 2. Perkembangan arung jeram di Indonesia
Setelah masyarakat dayak kuno, petualangan sungai di Indonesia dilanjutkan diawal 1970-an. Dengan istilah ORAD ( olahraga arus deras ) WANADRI Bandung dan MAPALA UI Jakarta mulai merambah sungai-sungai di Indonesia. Tahun 1975 WANADRI mengadakan lomba arung jeram yang pertama yang dikenal dengan Citarum Rally I, namun sayang pada saat itu masyarakat dikejutkan dengan meninggalnya 5 ( lima ) orang peserta, yang sebelumnya juga diawali dengan meninggalnya 2 ( dua ) orang pada saat latihan. Di tahun 1975 juga, MAPALA UI mengadakan ekspedisi pengarungan Sungai Mahakam dan Barito di Kalimantan. Bersama dengan Frank Morgan, seorang petualang dan juga pengacara professional. MAPALA UI juga melaksanakan ekspedisi ke sungai Alas, yang kemudian juga mnimbulkan korban jiwa. Perahu dan peralatan yang dipakai juga mulai meningkat kualitasnya. Mulai dari ban dalam kendaraan, perahu LCR militer hingga ke perahu karet khusus sungai ( River raft ) yang didesain khusus untuk jeram. Hal ini mendorong Arung Jeram tumbuh dan berkembang serta menarik minat banyak orang. Pengarungan mulai merambah sungai-sungai yang belum pernah di arungi ( first descent ) .Sungai Mahakam, Barito, Alas, Mamberamo dan Van Der Wall. Sungai Citarik, Cimandiri, Citatih, dan Cimanuk di Jawa Barat. Jawa Tengah memiliki Sungai Progo, Serayu, Elo dan Bogowonto serta tak lupa Jawa timur dengan sungai Pekalen dan Ireng-ireng di lereng Semeru yang cukup menantang. Banyak lagi sungai-sungai di Indonseia yang sangat layak dan menantang untuk diarungi. Seperti sungai Asahan di Sumatera Utara dan sungai Sadang di Sulawesi serta tidak menutup kemungkinan untuk dibukanya sungai-sungai baru untuk diarungi di Indonesia. Telah beberapa kali diadakan kejuaraan arung jeram setelah Citarum Rally , tetapi belum terdapat standard baku baik tentang penyelenggaraan, peralatan maupun penilaiannya. Pada tahun 1994 diadakan Kejuaraan Nasional Arung Jeram yang agak resmi di Sungai Ayung Bali. Di kejuaraan ini mulai di terapkan standard penyelenggaraan internasional, baik perlengkapan, materi lomba maupun penjurian. Kemudian kejuaraan arung jeram juga diadakan di Kali Serayu Jawa Tengah pada tahun 1997, dan yang terakhir adalah Kejuaraan Arung Jeram Citarum II pada tahun 2001. Aranyacala Trisakti pada tahun 1992 mempelopori ekspedisi arung jeram ke luar negeri. Diawali dengan ekspedisi ke sungai-sungai di Amerika, dan pada tahun 1994 dilanjutkan dengan pengarungan Sungai Zambesi Afrika. Secara komersial wisata arung jeram diperkenalkan oleh SOBEX Expedition yang membuka wisata arung jeram di Sungai Alas Sumatera, Ayung di Bali dan Sungai Sadang D Toraja. Saat ini telah banyak operator wisata arung jeram di Indonesia. Dengan berkembangya wisata arung jeram, maka saat ini Arung Jeram telah menjadi olahraga petualangan sekaligus rekreasi dan wisata keluarga, siap menantang siapa saja yang ingin menikmati pengalaman baru dan bukan lagi kegemaran para petualang.
- 2. Klasifikasi Tingkat kesulitan Sungai
Tak disangsikan lagi, arung jeram telah menjadi suatu kegiatan yang sangat populer dibandingkan dengan kegiatan kepetualangan lainnya. Arung jeram dapat dinikmati beramai-ramai tanpa memandang usia, status sosial, tingkat pendidikan, dan profesi seseorang. Saat ini telah banyak sungai yang dapat diarungi serta dikelola secara profesional oleh beberapa operator arung jeram. Mereka menawarkan berbagai paket kegiatan dengan tingkatan umur dan kemampuan calon kunsumennya. Mulai dari sungai dengan tingkat kesulitan mudah, sampai sungai yang menjanjikan tantangan dan petualangan. Berikut ini penjelasan tentang ragam tingkat kesulitan sungai: Class I Tingkat kesulitan sungai yang paling rendah, dengan arus yang bervariasi dari flat (datar) dan relatif tenang, sampai sedikit beriak pada beberapa tempat. Rintangan yang ada pun sangat sedikit dan dapat terlihat jelas. Resiko berenang di sungai ini sangat rendah dan self-rescue sangat mudah dilakukan. Class II Sungai dengan tingkat kesulitan rendah–menengah. Cocok untuk pemula: sungai yang lebar dan arus yang cukup deras, lintasan pengarungan jelas sehingga tidak memerlukan pengamatan terlebih dahulu. Sesekali, manuver perahu perlu dilakukan; bebatuan dan jeram medium dapat dengan mudah dilewati oleh pengarung yang terlatih. Penumpang yang terlempar keluar perahu dan terhanyut jarang sekali mengalami cidera. Pertolongan bantuan masih belum perlu. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk latihan dasar kegiatan arung jeram. Class III Sungai dengan tingkat kesulitan menengah; jeram mulai tidak beraturan dan cukup sulit, serta dapat menenggelamkan perahu. Manuver-manuver pada arus deras serta kontrol perahu pada lintasan sempit sering diperlukan. Jeram-jeram besar dan strainers mungkin ada, namun dapat dengan mudah dihindari. Pusaran arus yang kuat dan deras sering ditemukan, terutama pada sungai-sungai besar. Cidera saat terlempar keluar perahu dan terhanyut masih sangat jarang; self-rescue biasanya masih mudah dilakukan namun pertolongan bantuan sudah mulai diperlukan untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk kegiatan wisata keluarga atau sebagai rekreasi alternatif, karena dapat diikuti anak-anak mulai usia 9 tahun. Class IV Sungai dengan tingkat kesulitan menengah–tinggi. Sungai ini memiliki arus yang sangat deras namun masih dapat diprediksi dengan pengendalian perahu yang tepat. Teknik pengarungan sungai ini sangat tergantung karakter sungai itu sendiri. Pasalnya, sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat beragam dan berbeda-beda walau memiliki tingkat kesulitan yang sama. Jeram-jeram besar, hole, dan lintasan sempit yang tidak dapat dihindari memerlukan manuver yang cepat. Berhenti sejenak pada arus sedikit tenang mungkin diperlukan sebelum memulai maneuver; sekedar mengamati arus atau untuk istirahat. Karena pada jeram-jeram tertentu, bahaya selalu mengancam. Resiko cidera bagi penumpang hanyut cukup besar dan kondisi air menyebabkan self-rescue sulit dilakukan sehingga perlu pertolongan bantuan. Pertolongan bantuan tersebut memerlukan latihan khusus agar teknik penyelamatan dapat dilakukan dengan benar. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat menyenangkan dan menjanjikan tantangan lebih. Tentunya dengan dukungan peralatan memadai, pengetahuan cukup, dan pemandu terampil. Class V Sungai dengan tingkat kesulitan tinggi. Hanya cocok untuk pengarung jeram yang sudah menguasai teknik pengarungan dan memiliki pengalaman yang cukup pada sungai Sungai pada class ini memiliki jeram yang banyak dan panjang dengan berbagai rintangan yang dapat menyebabkan resiko tambahan bagi seorang pendayung. Drops atau penurunan yang tiba-tiba, jeram-jeram sulit, hole, tebing terjal yang tak terhindari, sampai waterfall (air terjun) sering dijumpai pada sungai ini. Jeram yang dilewati seringkali beruntun pada jarak cukup panjang, sehingga membutuhkan ketahanan fisik yang tinggi. Kalaupun ada pusaran air tenang (eddies), jumlahnya sangat sedikit sekali dan cukup sulit untuk diraih. Pada skala tertinggi, sungai dengan tingkat kesulitan ini memiliki kombinasi jeram yang sangat beragam, mulai dari curler, hair, hay stakes, headwall, strainer, under cut, wave train, sampai pin hole yang sangat berbahaya dan mematikan. Terlempar keluar dari perahu pada sungai ini sangat berbahaya dan tindakan penyelamatan sering sulit dilakukan bahkan untuk seseorang yang mahir sekalipun. Peralatan yang tepat, pengalaman yang luas, dan latihan keterampilan dalam penyelamatan sangat penting. Class VI Sungai dengan tingkat kesulitan tertinggi. Pengarungan di sungai ini hampir tidak mungkin dilakukan karena jeram yang ada tidak dapat diprediksi dan sangat berbahaya. Konsekuensi suatu kesalahan dalam pengarungan di sungai ini sangat berat; tindakan penyelamatannya hampir tidak mungkin dilakukan. Sungai dengan tingkat kesulitan ini hanya untuk tim khusus yang memiliki keahlian tinggi–bukan untuk diarungi perorangan–setelah seringkali mengarungi sungai tingkat kesulitan class V. Ragam klasifikasi tingkat kesulitan sungai di atas merupakan tingkat kesulitan sungai yang ditetapkan secara internasional. Namun, klasifikasi ini masih sangat variatif dan dapat berubah-ubah walau masih pada sungai yang sama. Hal itu karena tingkat kesulitan ini sangat tergantung pada debit air dan kemiringan sungai. Sehingga pada waktu-waktu tertentu, sungai-sungai tersebut memiliki tingkat kesulitan yang mungkin bertambah atau mungkin berkurang. Karena itu, oleh kalangan penggiat arung jeram, di belakang ”class sungai” sering ditambahkan tanda “+” (plus). Misalnya, sungai Citarik yang memiliki tingkat kesulitan III+. Artinya, pada jeram-jeram tertentu sungai citarik memiliki tingkat kesulitan yang setara dengan sungai Class IV. BAB III METODE PENULISAN
- 1. Lokasi dan waktu penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan di medan mulai tanggal 2 Agustus- 5 Agustus 2014.
- 2. Objek Penulisan
Objek penulisan makalah ini adalah sei binge dan lau biang karena merupakan sungai tersebut salah satu tempat berarung jeram.
- Teknik Pengumpulan Data
Pada penulisan makalah ini penulis menggunakan teknik studi dokumentasi untuk memproleh data dan informasi terkait permasalahan dalam makalah ini. Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan topik yang ditulis berupa catatan, buku, majalah, internet dan sebagainya.
- Sumber Data
Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran dan penjelasan tentang suatu kegiatan atau keadaan. Data terbagi menjadi dua yakni data primer (wawancara) dan data sekunder. Sumber data dalam penulisan makalah ini adalah data sekunder, yaitu data yang diproleh dan dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini diproleh dari kepustakaan GEMPITA dan internet. BAB IV PEMBAHASAN
- Peralatan yang di gunakan dalam berarung jeram
Perlengkapan merupakan salah satu prasyarat dalam kegiatan arung jeram. Berbagai macam peralatan dapat digunakan untuk berarung jeram. Beberapa perlengkapan yang di uraikan dibawah ini adalah yang umum di gunakan dalam pengarungan di sungai.
- Perahu
Digunakan dalam berarung jeram bukan hanya sekedar yang bisa mengembang. Perkembangan jaman sangat cepat. Perahu di tahun 80an keatas sudah dapat mengeluarkan air secara otomatis (Self Bniling), dapat melakukan manuver dengan sangat cepat, sangat kokoh, mempunyai 4 tabung udara yang akan saling mendukung (bila salah satu tabung bocor). Ukuran perahu karet bervariasi dari 8 sampai 30 kaki. Yang biasa digunakan untuk berarung jeram antara 12 sampai 18 kaki tergantung dari sungai yang akan di arungi.
- Pompa
Sangat penting dan apabila perlu dapat dibawa pada saat pengarungan. Berguna bila tabung-tabung udara tersebut kempis. Jangan mempergukan kompresor untuk memompa perahu karena udara yang di keluarkan oleh kompresor adalah udara panas.
- Pelampung
Guna dari pelampung adalah untuk mengangkat tubuh ke atas permukaan air yang bergolak. Pelampung harus nyaman dan enak di pakai, pas dibadan tidak melorot ke atas waktu di air. Daya apung pelampung harus sesuai dengan berat badan. Jika daya apung terlalu tinggi badan kita akan mudah tertahan arus balik.
- Helm
Harus tertutup sampai bagian telinga, ringan mempunyai sirip yang kokoh. Pada bagian dalam terdapat busa yang padat yang dapat dengan cepat mengeluarkan air dari dalam helm. Dianjurkan untuk mengunakan helm berwarna cerah, karena pada waktu berenang di jeram yang muncul keluar adalah bagian kepala.
- Dayung
Ringan kuat sebaiknya berwarna cerah karena jika terlempar ke air akan mudah terlihat. Ukuran dayung tergantung dari ukuran diameter tabung perahu yang digunakan. Dalam setiap pengarungan sebaiknya kita membawa tabung cadangan karena alat ini paling sering hilang atau patah.
- Carabiner
Berguna untuk menggantungkan barang-barang, berguna untuk alat rescue dan banyak lagi lainnya. Untuk di sungai sebaiknya terbuat dari alumunium dan bukan jenis screw gate karena pengamannya mudah macet. Sebaiknya setiap orang membawa satu.
- Peluit
Melakukan komunikasi di jeram sangat sulit, suara jeram sangat keras. Untuk mengatasinya diperlukan peluit dibantu aba-aba dengan tangan atau dayung.
- P3K
Kemungkinan cedera ringan sampai yang terberat harus kita perhitungkan. Obat-obatan dan perlengkapan yang dibawa harus di sesuaikan dengan medan yang akan diarungi, cuaca pada waktu itu dan lain-lain.
- Webing
- Tali karmantel
- Tehnik dasar berarung jeram bagi pemula
Kondisi tubuh Sebaiknya peserta Arung Jeram dalam kondisi berbadan sehat. Tidak masalah jika Anda tidak bisaberenang, namun sebaiknya utarakan kepada pemandu bahwa Anda tidak bisa berenang. Untuk usia peserta, kebijakan setiap operator berbeda – beda karena tergantung kondisi sungai dan tingkat kesulitan pengarungan. Pakaian Sebaiknya kenakan celana pendek dan kaus katun yang nyaman. Agar nyaman, kenakan sandal sebagai alas kaki. Sebaiknya gunakan sandal gunung daripada mengenakan sandal jepit. Perlengkapan Gunakan helm pelindung dan jaket pelampung ( life jacket ). Pilih jaket sesuai ukuran tubuh Anda. Cari jaket yang pas di badan, tidak kesempitan maupun terlalu longgar. Jaket pelampung tersedia dalam beberapa ukuran dan bisa diatur. Pilih helm dengan ukuran pas di kepala Helm tersedia dalam beberapa ukuran. Cara memastikan helm yang pas adalah tali tidak menyeberang dagu, melainkan berada di bawah dagu. Tetapi jangan sampai tali terlalu sempit hingga menyakiti dagu Anda. Pemanasan Tak ada salahnya Anda melakukan sedikit pemanasan sebelum melakukan Arung Jeram. Di beberapa operator Arung Jeram, hal ini seringkali jarang dilakukan. Namun tetap saja, Arung Jeram adalah olahraga. Jika pemanasan kurang, bisa – bisa di tengah mengayuh dayung, tangan Anda kram. Posisi duduk Duduklah di tepi perahu karet. Jangan di tengah ataupun di dasar perahu karet. Hal ini untuk memudahkan Anda menyeimbangkan tubuh. Ikuti instruksi dimana sebaiknya Anda duduk. Kadang posisi duduk diatur sesuai dengan berat badan peserta. Anda bisa memilih duduk di sisi kiri atau sisi kanan. Ingatlah posisi duduk Anda karena berhubungan dengan cara mengayuh dayung dan instruksi saat mengayuh. Lalu, jepit kaki di bagian dasar perahu. Ada kantung khusus untuk meletakkan kaki agar Anda tak mudah terjengkang. Dayung Anda harus memperhatikan dengan benar cara membawa dan menggunakan dayung. Walau tampak hanya sebilah papan, salah – salah Anda bisa melukai diri sendiri maupun orang lain saat mendayung. Jika Anda duduk di sebelah kanan, genggam ujung dayung berbentuk “T” dengan telapak tangan kanan. Sementara tangan sebelah kiri menggenggam tengah – tengah tongkat dayung. Mengayuh Sebelum memulai Arung Jeram, instruktur biasanya akan mengajarkan terlebih dahulu berbagai aba – aba. Di antaranya adalah instruksi “Maju” dan “Mundur”. Instruksi “Maju” yaitu dayung dikayuh ke arah dalam untuk membuat perahu maju. Sebaliknya dari arah dalam ke luar akan membuat perahu mundur dan diinstruksikan dengan aba – aba “Mundur”. Untuk aba – aba mengayuh biasanya ada tambahan intruksi berupa “Kanan” dan “Kiri”. Hal ini untuk menunjuk ke orang yang bertugas mengayuh. Jadi, instruksi yang biasa diucapkan berupa “Kanan Maju, Kiri Mundur” atau “Kanan Mundur, Kiri Maju”. Kedua instruksi ini untuk membantu pemandu dalam membelokkan perahu ke kanan atau ke kiri. Jadi misalnya “Kanan Maju, Kiri Mundur”, maka orang yang duduk di sebelah kanan segera mengayuh maju dayungnya, sementara orang yang duduk di kiri serentak mengayuh dayung mundur. Sebaliknya, instruksi “Kanan Mundur, Kiri Maju” maka orang yang duduk di kiri mengayuh dayung maju dan orang yang di sebelah kanan mendayung ke arah mundur. Selain itu, terdapat pula aba – aba “Stop”. Jika Anda mendengar instruksi ini, maka angkat dayung Anda atau berhenti mengayuh dayung. Ada pula instruksi “Pindah Kanan” dan “Pindah Kiri”. Bila terdengar “Pindah Kanan”, maka orang di sebelah kiri segera pindah ke sisi kanan perahu, sementara orang di sebelah kanan tetap di posisinya. Begitu sebaliknya, jika terdengar instruksi “Pindah Kiri”. Jika Anda mendengar instruksi “Boom”, maka instruksi ini dimaksudkan untuk menghindari jeram. Peserta segera mengangkat dayung dan badan merunduk ke dalam perahu, serta berpegangan pada perahu. Hal ini agar menjaga keseimbangan badan agar tidak terlempar ke sungai. Saat terjatuh Bila Anda terlempar ke sungai, tetaplah tenang dan jangan panik. Namun, cara berenangnya tidak seperti berenang di kolam renang. Arahkan tubuh Anda menghadap ke atas atau bawah tubuh menjadi terlentang, seakan sedang berbaring di atas air. Lalu arahkan tubuh sesuai arus sungai, jangan melawan arus atau membelakangi arus. Angkat kaki tinggi dan menghadap ke depan atau ke arah hilir sungai. Hal ini agar Anda mengetahui jika ada batu di depan Anda dan bisa menahannya dengan kaki. Jika Anda terlempar cukup jauh, biasanya pemandu akan melempar tali sepanjang 20 meter. Peserta bisa menyambar tali tersebut dan akan ditarik menuju perahu. Perahu terbalik Kadang saat arus deras atau memang disengaja, perahu akan terbalik. Di beberapa kejadian, peserta akan berada di dalam perahu yang terbalik. Suasana yang seketika gelap kadang membuat panik. Jika hal ini terjadi, tetaplah tenang. Walau perahu terbalik, di perahu terdapat celah udara. Cobalah keluar dari balik perahu dengan cara menyelam. Namun sebenarnya di dalam perahu pun tetap aman. Hanya saja sebaiknya berusaha keluar agar tidak terkena batu.
- 3.kecelakaan Yang Dapat Timbul Dalam Arung Jeram
kecelakaan dalam berarung jeram cukup besar, apa lagi jika kita belum paham tehnik dasar bearung jeram. Kecelakaan yang dapat timbul dalam berarung jeram adalah terjatuh dari perahu, terbentur batu, tersangkut ranting, jatuh kedalam jeram, tergulung pusaran air dan hanyut. Kecelakaan ini dapat diminimalisir dengan cara berlatih dan mempelajari kondisi sungai yang akan di arungi dan memahami river signal.
- Resiko Dalam Kecelakaan Berarung Jeram
Diantara olah raga petualangan seperti Mendaki Gunung (Mountaneering), Panjat Tebing (Rock Climbing), dan juga Penyelusuran Gua (Caving), Arung Jeram secara rata-rata dianggap lebih menantang, beresiko dan berbahaya. Hal ini karena Arung Jeram harus menghadapi rintangan alam yang nyata, dan kadang tidak dapat diduga dan datangnya tiba-tiba. Tetapi seorang penulis petualangan kenamaan, William Mc. Ginnes, menyatakan bahwa sebenarnya Arung Jeram tak lebih beresiko dibanding mengemudi di jalan raya. Walu begitu, pengarungan sungai haruslah disesuaikan dengan kemampuan, ketrampilan dan keadaan alam. Karenanya dalam ber-Arung Jeram keselamatan haruslah tetap menjadi pertimbangan utama. Sungai berjeram dibagi dalam berbagai tingkat kesulitan (kelas), dari Kelas I (termudah) sampai Kelas VI (tak boleh diarungi). Seperti juga olah raga petualangan lainya Arung Jeram juga memiliki 2 macam bahaya utama ; bahaya dari diri sendiri, termasuk persiapan dan perlengkapan (Subjective Danger) dan bahaya dari alam (Objective Danger). Untuk Arung Jeram, bahaya dari alam terutama adalah sifat dari sungai itu sendiri. Demikian juga perlengkapan, kalau tidak tepat dan kurang lengkap akan menimbulkan bahaya yang nyata (Kecelakaan). Adapun untuk menghindari bahaya dari diri sendiri, seseorang harus berlatih, berlatih dan belajar, baik ketrampilan maupun ilmu-ilmu pendukungnya. Arung jeram di Indonesia terus berkembang dengan cukup pesat. Namun dalam perkembangannya banyak korban-korban yang berjatuhan. Berikut daftar korban yang berhasil didata sampai saat ini : 1975 7 ( tujuh ) orang Citarum Rally I WANADRI, Bandung 1984 2 ( dua ) orang Kali Progo Palapsi , Yogya 1986 2 ( dua ) orang Sungai Alas MAPALA UI, Jakarta 1990 1 ( satu) orang Sungai Cisadane Makopala,Jakarta 1991 2 ( dua ) orang Kali Progo Wanadri, Bandung 1991 7 ( tujuh) orang Sungai Van Der Wall WANADRI,Bandung 1993 3 ( tiga ) orang Sungai Sadang Imapala, Malang 1994 1 ( satu) orang Sungai Citarum ITB, Bandung 1996 3 ( tiga ) orang Sungai Unda Wisatawan Hongkong 1 ( satu ) orang Sungai Cimanuk Mahasiswa Garut 1 ( satu ) orang Kali Progo Palapsi, Yogya 2001 1 ( satu ) orang Kali Serayu Wisatawan Yogya 1 ( satu ) orang Kali Elo Mahasiswa UPN Yogya 2003 1 ( satu ) orang Kali Serayu Mahasiswa malang 2011 2 ( dua ) orang Kali Progo Wisatawan Semarang Disamping itu banyak juga yang mengalami cedera seperti patah tulang, terkilir, luka parah dan ringan Hal-hal yang perlu diperhatikan Prosedur standar keamanan memang sudah menjadi hal wajib bagi para penggiat usaha wisata dan olahraga arung jeram. Namun bukan berarti wisatawan bisa berpegangan pada hal tersebut sepenuhnya. Banyak hal lain yang juga wajib menjadi perhatian sebelum berarung jeram
- Tentukan destinasi sungai
Ingat, tidak semua sungai bisa dijadikan lokasi arung jeram. Ada sungai yang memiliki grade atau tingkat jeram yang mudah, sulit, bahkan ada yang sangat berbahaya untuk rafter profesional sekalipun. Ukur juga kemampuan dan pengalaman yang kita miliki. Jika masih pemula ada baiknya memilih sungai yang memiliki grade rendah atau medium.
- Perhatikan Cuaca
Jika ingin berarung jeram pilih cuaca yang pas. Musim hujan ataupun kemarau sebenarnya bisa saja. Tinggal kita lihat karakteristik sungainya. Ada sungai yang ketika musim penghujan dia bisa mencapai grade 3 atau medium, bahkan bisa hingga melonjak menjadi grade 5. Ada juga sungai yang ketika musim penghujan masih stabil di level 2-3, jadi masih tetap aman. Namun ada pula yang ketika musim kemarau sungainya jadi kering atau alirannya sangat kecil sehingga tidak bisa dilalui.
- Carilah informasi dari sumber yang terpercaya
Jika akan melakukan pengarungan, hubungi operator di sungai tersebut untuk mencari informasi tentang karakteristik sungai. Langkah ini bisa juga untuk penyesuaian jadwal pengarungan.
- Patuhi peraturan dari pemandu
Sebelum melakukan pengarungan, pemandu pasti akan memberikan safety talk ataupun briefing kepada setiap calon rafter. Mereka akan menjelaskan tentang alat-alat yang akan digunakan untuk pengarungan dan bagimana menggunakannya. Selain itu, ada juga larangan-larangan yang bisa menyebabkan kecelakaan saat pengarungan. Ikuti perintah pemandu dan jangan ngeyel. Kadang operator juga berhak menghentikan atau memindahkan jalur pengarungan karena memperhitungkan kondisi alam yang tidak memungkinkan. Jangan bersikeras untuk tetap memilih jalur yang sudah direncanakan dengan berdalih ‘tantangan’ atau ‘kami bukan penakut’. Ini bukan masalah siapa yang takut, tapi masalah keselamatan pemandu yang memegang tanggung jawabnya.
- Jangan takut secara berlebihan
Rasa takut ketika sedang berarung jeram kadang malah bisa menjadikan pemicu terjadinya kecelakaan. Semisal karena saking takutnya, ketika pemandu menginstruksikan untuk mendayung, justru menhentikan dayungan dan malah berpegangan tali pada perahu. Akibatnya perahu tidak memiliki tambahan daya dorong dan ketika terkena jeram yang besar bisa mengakibatkan perahu terbalik atau tersangkut di batu. Percayakan pada pemandu akan keselamatan dengan mematuhi aba-aba darinya.
- Jangan merasa paling berpengalaman
Hal ini biasa terjadi pada sekelompok rombongan. Apalagi jika dalam satu perahu ada satu orang yang pernah melakukan pengarungan. Kadang dia malah memberi instruksi yang berlawanan dengan pemandu. Akibatnya sekenario untuk melewati jeram yang sudah direncanakan oleh pemandu bisa gagal dan bahkan bisa mengakibatkan hal yang fatal. Sebagai catatan ketika sudah berada di perahu, hanya ada satu komando yang harus dipatuhi, yaitu dari pemandu atau river guide. Mereka sudah dilatih dan berpengalaman untuk mengatur dan membuat sekenario melintasi jeram supaya tetap aman dan menyenangkan.
- Berdoa sebelum pengarungan
Keberuntungan memang melebihi segalanya. Setelah semua prosedur keselamatan sudah kita jalankan dan teknik yang dilakukan sudah benar, terkadang kita masih menemui masalah dalam pengarungan. Maka supaya keberuntungan itu selalu berpihak kepada kita alangkah baikanya sebelum pengarungan dimulai berdoalah kepada Tuhan. Sebab tanpa restu dari-Nya, usaha kita menaklukkan jeram akan sia-sia. BAB V PENUTUP
- 1. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah:
- Peralatan yang di gunakan dalam berarung jeram adalah perahu, pompa, dayung, helm, carabiner, pelampung, webing, tali carmantel, pluit.
- Untuk melakukan pengarungan kita harus terlebih dahulu mengenal sungai yang akan di arungi.
- Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan maka dibutuhkan latihan keterampilan dan pndukungnya
- Bahaya berarung jeram ada 2 (dua) dari diri sendiri dan dari alam.
- Yang perlu diperhatikan dalam mengarung adalah
- menentukan destinasi sungai
- memperhatikan Cuaca
- mencari informasi dari sumber yang terpercaya
- mematuhi peraturan dari pemandu
- Jangan takut secara berlebihan
- Jangan merasa paling berpengalaman
- Berdoa sebelum pengarungan
- Saran
Sebelum melakukan pengarungan ada baiknya kita berlatih dan mempelajari semua yang berhubungan dengan arung jeram. DAFTAR PUSTAKA Copyright 1997-2014. Federasi Arung Jeram Indonesia. All Rights Reserved. Diakses senin 4agustus 2014, Pukul 13.15 Wib Gempita.2013. Panduan pendidikan dasar. Gempita Unika Sumatera Utara. Medan. https://groups.yahoo.com/neo/groups/arungjeram/conversations/topics/205/diakses senin 4agustus 2014, Pukul 13.00 Wib http://justitia.wordpress.com.trik berarung jeram. diakses senin 4agustus 2014, Pukul 14.00 Wib http://himapaosiris05.wordpress.com/materi-dasar-arung-jeram/ diakses diakses senin 4agustus 2014, Pukul 11.23 Wib
s : https://siparlin23girsang. wordpress.com/perihal/
0 Response to "Makalah Arung Jeram / Arum Jeram / Arun Jeram"
Post a Comment